Thursday, August 28, 2008

Mission and Leadership -- Misi dan Kepemimpinan

Beberapa waktu lalu saya dipinjami buku oleh seorang teman, judulnya "Misi dan Kepemimpinan" (Mission and Leadership), kalau tidak salah ditulis oleh Peter F. Drucker. Sayangnya, buku itu sekarang hilang. Mungkin waktu kami pindahan rumah ke Medan kemarin, saat packing yang dibantuin oleh kakak saya, buku itu keselip ntah di kardus yang mana. (waduh...sorry ya friend, belum kukembalikan malah sekarang udah hilang. Ntar aku ganti deh...)

Waktu itu, saya sempat membuat beberapa oret-oretan yang menurut saya penting dan menarik dari isi buku tersebut. Nah, saya mau menuangkan point-point menarik dari "Misi dan Kepemimpinan" dalam posting saya hari ini, siapa tahu ada manfaaatnya buat siapapun yang kebetulan mampir di blog saya.


Here we go,
Organisasi yang efektif dibangun dalam lingkup misi yaitu suatu alasan yang jelas. Seorang pemimpin yang efektif menggerakkan semua yang berada di sekitarnya dan mengkomunikasikan misi setiap saat. Para pemimpin hidup dan mendemonstrasikan nilai-nilai dan karakter yang diperlukan oleh organisasi untuk berhasil. Mereka membangun komunitas di dalam organisasi dan peranan organisasi di masyarakat luas.

Prinsip-prinsip kepemimpinan merupakan hal yang mendasar, bersifat umum bagi semua organisasi dan universal dalam pencapaian tujuan serta relevansinya.
Misi merupakan suatu hal yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin sebelum orang-orang mengetahui apa yang mereka lakukan, mengapa mereka melakukan itu dan apa alasannya.
Untuk sebagian pemimpin, bahasa adalah alat, keahlian dan kendaraan yang sederhana untuk berkomunikasi. Bahasa adalah benang yang mengikat kita semua, menciptakan pengertian yang baru, mengarahkan kita pada tindakan-tindakan baru yang pada akhirnya menguatkan dan membangun komunitas.

Dikatakan disitu, Ciri khas Pemimpin Besar adalah mereka tidak hidup terisolasi dari dunia sekitar, mereka sangat terikat dan sangat peduli terhadap orang lain. Karena mereka mengukur kesuksesan mereka dari dampak pekerjaan mereka terhadap dunia nyata. (coba lihat di sekeliling kita, apakah ada pemimpin yang seperti ini..? ada, tapi tidak banyak kalau tidak bisa dibilang langka).

Modal intelektual adalah aset utama suatu organisasi. Seorang pekerja yang berpengetahuan akan mencari arti dan tujuan, iklim kepercayaan, rasa optimis, dan hasil dari apa yang dikerjakannya. Untuk mempertahankan dan memberi motivasi kepada pekerja semacam ini, tidak hanya diperlukan kemampuan teknis, pemikiran strategis dan kecakapan dari seorang pemimpin; tapi juga diperlukan kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengolah bakat. Selain itu juga diperlukan pertimbangan dan karakter yang baik dari seorang pemimpin. Karena katanya, hal-hal yang menakjubkan bisa terjadi jika anda memberikan kebebasan kepada para orang yang pandai dan efektif.

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Andersen Consulting Institute for Strategic Change, nilai saham dari suatu perusahaan yang memiliki kepemimpinan yang baik bertumbuh sebanyak 900 % dalam kurun waktu 10 tahun, dibandingkan dengan perusahaan dengan kepemimpinan buruk yang hanya mengalami pertumbuhan 74% dalam kurun waktu yang sama. Majalah Fortune dalam usahanya mengumpulkan perusahaan-perusahaan yang disukai pada tahun 1998 mengidentifikasikan adanya suatu persamaan dari perusahaan-perusahaan yang baik. ”Sebenarnya tidak ada satu faktor pun yang dapat membuat suatu perusahaan menjadi perusahaan yang baik,” tulis Thonas Stewart, ”tetapi jika anda dipaksa untuk memilih salah satu faktor yang dapat membuat perubahan besar, pilihlah faktor kepemimpinan. Dalam istilah Warre nt Buffet, ’orang memilih pelukisnya, bukan lukisannya’.”

Percy Bernevik, mantan pemimpin ABB dan salah seorang dari pemimpin bisnis kenamaan mengatakan bahwa ”organisasi memastikan bahwa karyawan hanya menggunakan 5 sd 10 persen dari kemampuannya untuk pekerjaannya. Mereka menggunakan 90 sd 95 persen kemampuannya untuk hal-hal di luar pekerjaan.”
Tantangan bagi para pemimpin adalah mempelajari bagaimana mengenali dan menggunakan kemampuan yang belum dimanfaatkan tersebut.
Kepner-Tregoe juga mendukung analisa tersebut dimana hampir 2/3 bagian dari perusahaan yang disurvei-nya menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan tidak lebih dari setengah kemampuan otak karyawan. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa hanya 16% dari pekerja yang mengatakan bahwa mereka menggunakan lebih dari setengah kemampuannya dalam bekerja, selebihnya merasa diri mereka kurang optimal.

Hal ini menunjukkan bahwa ada peluang keuntungan yang sangat besar bagi organisasi apabila dapat memanfaatkan kemampuan otak, kecakapan, ide-ide dan inovasi secara bersamaan. Suatu penelitian di Universitas Pensylvania kepada sebanyak 3200 perusahaan di Amerika menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran 10% untuk program training karyawan akan meningkatkan produktivitas 8,5%, sedangkan jika pengeluaran tersebut dilakukan u/ hal2 lain hanya akan menghasilkan 3,8% peningkatan produktivitas.

Temuan tersebut menjelaskan mengapa Jack Welch, yang menjadi CEO dari General Electric dalam waktu yang cukup lama, mengatakan bahwa pekerjaannya selama menjadi CEO hanya tiga, yaitu memilih orang yang tepat, mengalokasikan sumber-sumber modal dan menyebarkan ide-ide dengan cepat.
Dewasa ini, seorang pemimpin tidak dapat memerintah bawahannya untuk bekerja lebih keras, lebih pandai atau lebih cepat. Pekerja yang berpengetahuan lebih mengerti tentang apa yang harus dilakukannya. Masa depan organisasi akan menghadapi bahaya besar tanpa adanya seorang pemimpin yang dapat menarik dan mempertahankan bakat yang ada, mampu mengelola pengetahuan dan mau membuka kesempatan bagi orang lain untuk menyesuaikan dan membuat inovasi.

Penelitian yang dilakukan oleh The Drucker Fondation menunjukkan ada tujuh atribut penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang berkualitas. Dengan tujuh atribut tersebut, pemimpin mampu memimpin pekerja-pekerja yang pandai. Tujuh Atribut tersebut adalah :

1.Kecakapan Teknis : mengerti tentang bisnis dan memahami salah satu bidang
2.Kecakapan Konseptual : kemampuan untuk berpikir abstrak atau strategis
3.Track Record : sejarah mengenai hasil yang dicapai
4.Ketrampilan Pribadi : kemampuan untuk berkomunikasi, memotivasi dan mendelegasikan
5.Citarasa : kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengolah bakat
6.Pertimbangan : kemampuan untuk mengambil keputusan yang sulit berdasarkan data yang tidak lengkap dalam waktu singkat
7.Karakter : kualitas yang menyatakan siapa diri kita


Dari ketujuh atribut tersebut, Karakter adalah kunci dari kepemimpinan. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Warren Bennis di Harvard University selama 15 tahun terhadap 150 pemimpin, dimana ternyata 85 % dari kinerja seorang pemimpin ditentukan oleh karakter kepribadiannya. Daniel Goleman juga mengatakan bahwa kesuksesan dan kegagalan dari suatu kepemimpinan ditentukan oleh kualitas hati.

Psikolog terkenal William James menyatakan karakter sebagai ”sikap mental atau moral yang bersifat khusus yang membuat seseorang merasa aktif dan hidup...suara dari dalam yang mengatakan ’Inilah saya yang sebenarnya’.”
Pemimpin yang efektif dan orang yang efektif, mengenali suara tersebut dengan baik dan mereka mengerti bahwa tidak ada bedanya antara menjadi seorang pemimpin yang efektif dan menjadi seorang manusia yang utuh.

Bagi seorang pemimpin eksekutif, karakter dibingkai oleh daya juang, kompetensi dan integritas. Sebagian besar eksekutif senior memiliki daya juang dan kompetensi yang memadai untuk memimpin. Tetapi sering kali suatu organisasi mengangkat seorang yang kurang memiliki pedoman moral untuk memimpin. Orang semacam itu disebut ”orang sukses yang merusak”. Mereka sebenarnya bukanlah orang yang jahat, tetapi dengan menggunakan sumber daya yang ada untuk kepentingan mereka sendiri, mereka sering kali membuat perusahaan jatuh. Pemimpin semacam itu jarang berumur panjang karena alasan yang sederhana yaitu tanpa ketiga unsur penting tersebut (daya juang, kompetensi dan integritas), akan sulit menjaga hubungan dengan orang lain dan mempertahankan hasil yang baik.

Lebih lanjut dijelaskan juga, bahwa untuk memenuhi keinginan bawahan dan mencapai hasil yang positif, seorang pemimpin harus memenuhi 4 hal :
1.Tujuan yang jelas
Pemimpin yang efektif akan memberikan semangat, pandangan ke depan dan arti dalam proses menentukan tujuan perusahaan. Pemimpin tidak hanya harus memiliki visi tetapi juga harus dapat melihat dimana mereka sebelumnya dan dimana mereka saat ini.

2.Membangkitkan dan mempertahankan kepercayaan
Kepercayaan menjadi suatu perekat emosional yang menyatukan orang-orang dalam suatu organisasi. Faktor-faktor yang membangun kepercayaan adalah kompetensi, kesetiaan, perhatian, keterusterangan dan harmoni. Harmoni atau ketulusan, suatu perasaan nyaman dalam diri sendiri, merupakan refleksi lebih lanjut dari karakter. Harmoni adalah bersikap konsisten, menunjukkan wajah yang sama dalam pekerjaan maupun di rumah. Demikian pula iklim keterusterangan perlu diciptakan dalam organisasi karena akan menghilangkan kendala dan ketakutan yang ada dalam organisasi yang membuat orang menyimpan hal-hal buruk mengenai pimpinannya.

3.Mengembangkan harapan
Pemimpin yang baik mengharapkan kesuksesan. Harapan memadukan keteguhan seseorang dan kemampuan untuk menggunakan perangkat yang dimiliki untuk mencapai tujuannya. Daya tahan psikologis yaitu keyakinan bahwa apapun yang dilakukan dengan baik akan berhasil, menciptakan rasa percaya diri yang sangat besar dalam diri seseorang dan kepada orang disekelilingnya. Kepercayaan diri semacam itu mempengaruhi orang lain. Kepercayaan diri tersebut membangun kekuatan dan komitmen, yang pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan.

4.Memperoleh hasil
Hasil membuat organisasi menjadi berarti. Tiga hal yang pertama yaitu tujuan, kepercayaan dan harapan akan mampu membawa seseorang melalui masa-masa sulit, tetapi aset ini akan lenyap apabila seorang pimpinan tidak menunjukkan hasil. Hasil memerlukan tindakan, meskipun bukan berarti setiap tindakan akan membuahkan hasil. Seorang pemimpin yang baik tidak pernah melupakan bahwa mereka pada akhirnya harus melakukan lemparan terbaiknya, dan menciptakan iklim yang memberi toleransi terhadap kesalahan lemparan dan mendorong agar setiap orang tidak berhenti melakukan lemparan. Seperti yang diingatkan Gretzky “ Anda kehilangan 100% dari lemparan yang tidak anda lakukan.”

Seorang pemimpin yang baik percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk memberikan kesempatan bagi seseorang untuk tumbuh dan menciptakan lingkungan yang membuat orang tetap belajar. Itu adalah cara yang paling baik untuk membangkitkan modal intelektual dan menggunakan modal tersebut untuk menciptakan nilai baru.

Alangkah beruntungnya kita ya, sekiranya kita memiliki pemimpin seperti yang dituturkan oleh Pak Peter F Drucker. Entah itu pemimpin di rumah, di kantor, di lingkungan tempat tinggal, maupun di pemerintahan republik ini. Tapi mungkin yang dimaksud buku ini lebih kepada para pemimpin di lingkungan bisnis.

ok deh, sekian dulu ya...

Wednesday, August 27, 2008

Resensi Buku...

Hey...anyone - anywhere...
Hari ini saya mau posting hasil dari baca buku last weekend. Tentang perjalanan hidup Yvonne Ridley, seorang wartawati feminis Inggris yang masuk Islam setelah ditawan oleh Taliban (Rezim yang oleh Barat dianggap paling brutal sedunia). Tapi ternyata malah pengalaman ditawan oleh Taliban bisa menyentuh hati seorang Yvonne yang tadinya dikenal oleh orang-orang terdekatnya sebagai penggemar minum-minuman keras (bahkan peminum kelas berat), biang pesta dan penganut hidup sex-bebas ini untuk Hijrah di jalan Islam.

Kini setelah menjadi muallaf (sekitar 2 th setelah keluar dari penjara Taliban), Yvonne juga tidak tanggung-tanggung dalam menjalani hidupnya untuk membela agama yang telah diyakininya. Dia mengatakan,"Tahukah Anda, 5 tahun lalu, saya sama sekali tidak tahu siapa Nabi Saw. itu. Namun, sekarang saya bersedia mengorbankan tetes darah terakhir saya untuk membela nama, kehormatan dan kenangan tentang beliau..."

Saya terkesan dengan statement-statement Yvonne yang berani, lantang, lugas dan pedas dalam membela Islam :
"Memakai hijab berarti aku menyatakan diri bahwa aku adalah seorang Muslim dan oleh karena itu aku berharap diperlakukan dengan penuh hormat."
Ketika sejumlah politisi di Inggris termasuk Mantan Menlu Jack Straw, Menteri Gordon Browen dan John Reid, menyatakan bahwa nikab - cadar yang hanya memperlihatkan mata - sebagai penghambat komunikasi, maka Yvonne membantah keras. "Jika itu yang jadi persoalan, mengapa pula ponsel, e-mail, sms dan fax tidak dianggap sebagai penghambat komunikasi hanya karena tidak memperlihatkan wajah lawan komunikator? Lebih lanjut dia menyergah,"Coba, siapa yang mendengarkan radio? Tak seorang pun mematikan radio hanya karena mereka tak bisa melihat wajah penyiarnya."

Hebat! Yvonne memang cerdas. Dia selalu bisa memberikan kata-kata yang tepat dan tajam dalam menyanggah ejekan-ejekan Barat terhadap Islam.

Dilain waktu Yvonne mengatakan,"Kini katakan padaku mana yang lebih membebaskan, dinilai karena panjang rokmu dan ukuran buah dada palsumu, atau dinilai karena kepribadian, otak, dan kecerdasanmu? Majalah-majalah mendikte kita bahwa untuk dicintai kita harus bertubuh tinggi, langsing, dan cantik. Bahkan tekanan kepada para pembaca majalah remaja untuk memiliki pacar sudah nyaris mengarah ke cabul. Superioritas dalam Islam dicapai melalui kesalehan, bukan dari kecantikan, kekayaan, kekuasaan, jabatan atau jenis kelamin.."
Pendek kata, dalam istilah Yvonne,"Segala yang diperjuangkan oleh kaum feminis pada dasawarsa 1970-an ternyata sudah didapat oleh para perempuan Muslim 1.400 tahun silam."

"Aku dulu adalah seorang feminis sekuler selama bertahun-tahun dan kini, sebagai seorang feminis Muslim, aku masih mempromosikan hak-hak kaum perempuan. Perbedaannya adalah para feminis Muslim lebih radikal daripada rekan-rekan sekuler mereka. Kami semua membenci pemilihan ratu kecantikan dan nyaris tak bisa menghentikan gelak tawa kami ketika pemunculan Putri Afghanistan dalam balutan bikini disambut sebagai lompatan raksasa untuk pembebasan perempuan di Afghanistan." Ck..ck..ck..sungguh komentar yang sangat brilliant!

Yvonne juga mendukung para pelaku bom bunuh diri yang dia sebut sebagai “operasi syahid”. Dia mengatakan,”Aku membenci istilah ‘para pengebom bunuh diri’ karena itu adalah istilah merendahkan yang digunakan Barat untuk mengejek apa yang oleh banyak orang dianggap sebagai ‘operasi syahid’ dan kita harus melihat hal itu dalam konteks tersebut.” Pendapat Yvonne mengenai “bom syahid” itu tentu saja amat controversial bagi khalayak umum di Barat umumnya. Tradisi syahid yakni rela mati demi membela keyakinan di jalan Allah, bisa ditelusuri sejak masa awal berkembangnya Islam lebih dari seribu empat ratus tahun silam.

Pd kesempatan dia menjadi pembicara di konferensi tentang Islamofobia di Kopenhagen Mei 2006, Yvonne jg mendorong kaum muslim untuk “tidak berlutut di depan musuh-musuh mereka” atau “ jangan mencium tangan yang menampar mereka (Don’t Kiss the Hand that Slaps You).

Bahkan Yvonne juga berani membuat sebuah tulisan berjudul “World’s Most Islamophobic Individuals” (30 Desember 2005), dan mengkritisi sejumlah pemimpin dunia yang memiliki rasa takut berlebihan, bahkan kebencian, terhadap Islam dan Umat Muslim. Yvonne mengurutkan mrk: George W. Bush, Tony Blair (Yvonne menyebutnya 'mitra junior Bush dlm melakukan kejahatan'), John Howard, Vladimir Putin (Yvonne menyebutnya 'org yg paling takut trhdp Islam di eropa'). Bhkn dlm tulisan tsb Yvonne menyebut Bush dan Blair sbg “The Twins of Evil (Si Kembar Setan)." Luar biasa, bukan...?
Berkaitan dengan konflik Israel di Timur Tengah, Yvonne menulis serangkaian kolom di Daily Moslems pada sekitar Agustus 2006 yang bernada keras terhadap Israel beserta para pendukungnya, George W. Bush dan Tony Blair --yang disebutnya sebagai "zionist cheerleaders."
Yvonne menyindir Amerika : “Syukurlah aku dulu ditahan oleh rezim yang dianggap paling brutal sedunia (Taliban –red) dan bukan oleh militer Amerika. Ha Ha Ha....

Monday, August 25, 2008

resep favorit anak -- ayam goreng crispy

Ingredients :
1 quart whole milk
kosher salt
1/2 cup sugar
2 (4 lb) roasting chickens, each cut into 8 pieces
2 cups buttermilk
2 large eggs, lightly beaten
1 teaspoon sweet paprika
1 teaspoon hot sauce
1/2 teaspoon fresh ground pepper
2 teaspoons baking powder
1 1/2 teaspoons baking soda
5 cups all-purpose flour (aprx. amount)
1 quart vegetable oil, for frying

How to cook?
In a small saucepan, combine 1 cup of the milk with 3/4 cup of kosher salt and the sugar and stir over moderate heat just until the sugar and salt dissolve, about 2 minutes. Transfer to a large, deep bowl and add the remaining 3 cups of milk. Add the chicken pieces and refrigerate for 4 hours. Drain the chicken, rinse and pat thoroughly dry. If you family or guests are salt sensitive be sure to wash the chicken thoroughly and pat very dry with paper towels.
In a bowl, mix buttermilk, eggs, 1 tablespoon of kosher salt (or less, up to you - I use a teaspoon), paprika, hot sauce and pepper. Whisk in baking powder and baking soda. Put half of the flour in a large bowl. Working with a few pieces at a time, dredge the chicken in the flour, tapping off any excess. Dip the chicken in the buttermilk, letting the excess drip off; return the chicken to the flour and turn to coat. Transfer to a rack. Repeat with the remaining chicken, adding more flour as needed. If the flour becomes too lumpy, sift it.
Heat the oil in 2 large, deep skillets until shimmering. Working in batches, add the chicken to the skillets in a single layer, without crowding, and fry over moderate heat. Cover for the first five minutes. Uncover and cook turning occasionally, until deep golden and cooked through, 18 to 20 minutes; an instant-read thermometer inserted near the bone should register 160°.
If it's frying too fast, reduce heat slightly. If it appears to retain grease, slightly increase heat.
Drain the chicken on wire racks lined with paper towels and fry the remaining pieces. Serve hot or warm.
NOTE: the key is to cover in the beginning to start the cooking process inside the chicken, but to uncover during the last part of the cooking time to get the outside nice and crispy and golden brown.

Saturday, August 23, 2008

A beginning

This is the first time I'm creating a post in a blogspot... my blogspot. It never occurred to me before that I would create a blogspot, but hey... many people share their ideas, stories, experiences to others via their blogspot. Why wouldn't I give it a shot: Creating my own blogspot and sharing my stories.

So, here is my blog which - after pondering for some time and browsing web for ideas - I gave a title "Living, Learning, Loving..." because I want to fill it with stories about living, learning, and loving. After all learning and loving can't be separated from living - at least that what I feel. We learn from mistakes, experiences, and others to live better, happier and more meaningful. Love makes living colourful. Living will be so lonely without love...